Kelas 1

Sahabatku di kelas satu adalah Santika dan Gisa. Kami sering sekali bersama-sama. Kami sama-sama naik jemputan yang sama, sama-sama duduk di bangku yang sama, dan bahkan kami menyukai orang yang sama. Hahaha…

Jemputan kami adalah sebuah mobil kijang, kadang-kadang jemputan kami berubah jadi angkot, berwarna biru tua. Semua yang naik jemputan itu adalah anak-anak yang tinggal di Pondok Surya Mandala, perumahan dimana aku tinggal. Aku merupakan anak baik yang suka mendahulukan teman-temanku. Biasanya aku meminta bapak supir untuk mengantarkan teman-temanku yang lain dulu ketika pulang, supaya bisa jalan-jalan dulu, dan menjemput teman-temanku dulu ketika mengantar ke sekolah, soalnya aku suka telat kalau bangun. Hahaha..

Bangku di kelas kami panjang dan cukup untuk 3 orang. Mejanya tidak teralu tinggi, cukup untuk anak-anak kecil yang lucu-lucu. Tak jarang aku naik ke atas bangku atau berlari-lari melompati antar bangku, tidak sendiri dan di jam pelajaran sekolah tentunya.

Suatu hari aku pakai sepatu di jemputan. Ada Gisa dan Santika melihat caraku memakai sepatu. Mereka bilang cara pakai sepatuku aneh. Aku diajari cara pakai sepatu seperti yang aku pakai sampai saat ini oleh papaku. Aku mengajari mereka untuk mengikat tali sepatu seperti aku. Tetapi mereka tetap tidak bisa. Di kelas, tali sepatu satu diantara mereka lepas, aku lupa siapa, lalu aku diminta untuk mengikatinya. Dasar anak aneh, aku menurutinya lalu mengikat tali sepatunya. Ketika aku sadar, mereka tertawa dibelakangku. Sedihnya.

Guruku di kelas satu ini bernama ibu Lilis. Guru ini baik sekali karena aku, sang gadis termuda di kelas tak pernah diberi nilai yang terlalu jelek sehingga aku tak pernah lepas sepuluh besar selama kelas satu. Cawu 1 aku dapat rangking 7, cawu 2 dapat rangking 3, lalu rangking 7 lagi. Aku berhasil lulus ke kelas 2 karena aku 10 besar selama kelas 1!! Senangnya.