Mari Pesta Pora!!!


Kunjungi juga Poetry Pinilih
Terima kasih sudah mau berkunjung.. =D

Whoaahh..

Friday, September 24, 2010

Kelas 3

Karena aku masuk siang, mama memindahkanku ke kelas yang pagi, Jati wangi 1. Kasian anaknya kepanasan mungkin. Kelas ini ramai sekali hampir 60 siswa. Setiap bangku di tempati oleh 3 anak. Padahal kelasku yang lama hanya 40an siswa. Persaingan ketat disini. Tetapi, sejujurnya aku tak pernah memikirkan rangking berapa yang akan ku dapat. Belajarpun jarang sekali.
Di kelas ini aku bertemu dengan seniorku waktu di TK. Namanya Happy Meilani, selanjutnya ia akan menjadi temanku di SMP dan SMA. Salah satu teman sejatiku. TK, SD, SMP, dan SMA kita lalui bersama-sama di tempat yang sama. Aah, jadi rindu padanya.
Dari hari pertama aku masuk aku langsung bersama Happy. Ia dikenal dengan gayanya yang agak tomboy. Sehingga dekat dengan anak lelaki dan salah satu preman kelas. Tapi aku tidak duduk bersamanya. Aku duduk bersama Lina dan Milan, kalau tak salah. Maklum sudah tua, suka lupa deh. Depanku Happy, Astri, dan Rahma. Kadang kami bertukar tampat duduk. Depannya lagi ada Bagus dan Dimas, aku lupa siapa lagi yang sebangku dengan mereka.
Dimas seorang anak yang berbadan besar dan tinggi. Ia terus menggodaku. Aku pikir karena aku anak baru, makanya aku sering sekali digoda olehnya. Pernah suatu hari aku duduk di belakang Dimas. Ia terus mengejekku. Aku marah. Aku mengancam akan memukulnya. Ia tak takut (iyalaah), malah mau memukulku balik. ”Oke”, aku bilang, ”pukul aku sekarang!”. Ia meninjuku pelan di kanan lalu menciumku dipipi kiri. Pertama kalinya aku dicium anak lelaki. Argggghhhh!!!!! Aku sebal!!!! Teman-teman meledeku. Ibu Sumarni, guruku di kelas langsung bertanya ada apa. Teman-temanku yang menjawabnya. Ibu Sumarni hanya menjawab dengan lembut ”Ga papa putri, berarti kan Dimas sayang sama kamu sebagai teman.” Aku cemberut sepanjang hari. Sebalsebalsebal. Rasanya ingin menangis.
Di akhir kelas tiga ada berita duka. Seorang anak perempuan bernama Susan, teman sekelasku, meninggal dunia. Itu pertama kalinya kau berkenalan dengan kematian. Pertama kalinya aku menyadari adanya kematian. Aku tidak begitu mengenalnya. Yang ku ingat tentangnya hanyalah ketika kami bermain karet bersama.

No comments:

Post a Comment